Buruknya Kualitas Perkawinan Pemicu Kekerasan Seksual: Studi terhadap Pelaku Kekerasan Seksual Anak di Kabupaten Agam
Abstract
The stalled needs of fulfilling sexual needs for some man who divorced or death divorced with their wives have been believed to be one of the causes of child sex perpetrator to carry out their actions. For men who have a particular social background, the desire tocommit a crime is likely to have a higher chance. This assumption begins with the tendency of men as husbands who are more eager to fulfill their sexual needs that may end positive or negative. But when a man no longer has a place tofulfill his desire, they will divert the purpose of his power to another subject that is considered vulnerable and easy to master. Starting from field research, this research has succeeded to deepen the testimony of three child sex perpetrators who are all domiciled in Agam regency of West Sumatra. The result of exploring the three perpetrators, there are indicators that are interconnected with each other about how they approach the child. Sense of power as an adult male by giving a caring attitude, a sense of security and friendship is aimed to form a circle of power that easily weaken, control and then will attack the child.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abidin, Z. (2017). Kesetaraan gender dan emansipasi perempuan dalam pendidikan Islam. Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, 12(01), 1–17.
Aminah, F. V. Y. (n.d.). Makna wanita tentang perubahan peran (Hasil kajian disertasi wanita isteri nelayan Suku Kaili dalam perubahan peran dari domestik tradisonal ke publik produktif). Media Litbang Sulteng, 4(1).
Amriel, R. I. (2008). Psikologi kaum muda pengguna narkoba. Penerbit. Salemba.
Anggara, B., & Hidir, A. (2015). Gugat cerai dikalangan masyarakat di kenagarian Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2(1), 1–14.
Arsyad, J. (2015). Islam dan kesetaraan gender. Tajdid, 13(2), 327–344.
Bayoa, G. A. (2013). Partisipasi perempuan dalam implementasi kebijakan pengelolahan program keluarga dan masyarakat sejahtera (Suatu studi analisi dalam Peraturan Daerah Propinsi Papua No. 9 tahun 2008 di Kampung Menawi Distrik Angkaisera Kabupaten Kepulauan Yapen). Governance, 5(1).
Bracher, M., Santow, G., Morgan, S. P., & Trussell, J. (1993). Marriage dissolution in Australia: Models and explanations. Population Studies, 47(3), 403–425.
Breaugh, J. A., & Frye, N. K. (2008). Work–family conflict: The importance of family-friendly employment practices and family-supportive supervisors. Journal of Business and Psychology, 22(4), 345–353.
Candraningrum, D. (2016). Girls in STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Jurnal Perempuan, 21(4).
Cathia, J., & Groves, J. (2007). Introducing Feminism. Malta: Gutenberg Press.
Christine, W. S., Oktorina, M., & Mula, I. (2011). Pengaruh konflik pekerjaan dan konflik keluarga terhadap kinerja dengan konflik pekerjaan keluarga sebagai intervening variabel (studi pada dual career couple di Jabodetabek). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 12(2), pp–121.
Clark, R. D., & Hatfield, E. (n.d.). Gender differences in receptivity to sexual offers.” Journal of Psychology and Human Sexuality 2, no. 1 (1989): 39–55....“Love in the Afternoon.” Psychological Inquiry, 14, 227–31.
De Vaus, D., Gray, M., Qu, L., & Stanton, D. (2014). The economic consequences of divorce in Australia. International Journal of Law, Policy and the Family, 28(1), 26–47.
Dewi, N. R., & Hendriani, W. (2014). Faktor protektif untuk mencapai resiliensi pada remaja setelah perceraian orang tua. Jurnal Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 3(3), 37–43.
Elizabeth, R. (2016). Pemberdayaan wanita mendukung strategi gender mainstreaming dalam kebijakan pembangunan pertanian di perdesaan. In Forum penelitian agro ekonomi (Vol. 25, pp. 126–135).
Fajriyah, I. M. D. (2016). Merariq adat as means to end child marriage: Rights and vulnerability of girls. Jurnal Perempuan, 21(1), 33–39.
Fatimah, S. (2012). Gender dalam komunitas masyarakat Minangkabau; Teori, praktek dan ruang lingkup kajian. Kafaah: Journal of Gender Studies, 2(1), 11–24.
Fuhrman, M. (2016). Functional impairment, marital quality, and their effects on marital dissolution.
Grossi, R. (2014). Looking for love in the legal discourse of marriage. ANU Press.
Hastuti, E. L. (2004). Hambatan sosial budaya dalam pengarusutamaan gender di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departememen Pertanian. Bogor.
Himawan, A. H. (2007). Bukan salah Tuhan. Tiga Serangkai.
Ikrom, M. (2013). Syariat Islam dalam perspektif gender dan Hak Asasi Manusia (HAM). Jurnal Supremasi Hukum, 2(1).
Irianto, S. (2006). Perempuan dan hukum: menuju hukum yang berperspektif kesetaraan dan keadilan: 22 tahun Konvensi CEDAW di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.
Jalovaara, M. (2001). Socio-economic status and divorce in first marriages in Finland 1991-93. Population Studies, 55(2), 119–133.
Jenainati, C., & Groves, J. (2007). Feminism: A Graphic Guide. London: Icon Books.
Julijanto, M., Masrukhin, M., & Hayatuddin, A. K. (2016). Dampak perceraian dan pemberdayaan keluarga studi kasus di Kabupaten
Wonogiri. Buana Gender: Jurnal Studi Gender Dan Anak, 1(1), 55–77.
Kaseuntung, C., Kundre, R., & Bataha, Y. (2015). Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dalam pemilihan kontrasepsi di Desa Kalama Darat Kecamatan Tamako Kepulauan Sangihe. Jurnal Keperawatan, 3(3).
Kushidayati, L. (2016). Legal reasoning perempuan dalam perkara gugat cerai di Pengadilan Agama Kudus tahun 2014. Yudisia: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, 6(1), 141–159.
Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga: Penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga. Sri Lestari.
Marcus, L. P. (2016). Truth, lies and trust in the age of Brexit and Trump. The Guardian.
Marisa, E. (2011). Penyimpangan perilaku pergaulan bebas remaja di obyek wisata Pantai Sigandu Desa Klidang Lor Kecamatan Batang Kabupaten Batang (PhD Thesis). Universitas Negeri Semarang.
Monib, M., & Bahrawi, I. (2011). Islam & hak asasi manusia dalam pandangan Nurcholish Madjid. Gramedia. Pustaka Utama.
Moore, D. R., & Heiman, J. R. (2006). Women’s sexuality in context: Relationship factors and female sexual function. Women’s Sexual Function and Dysfunction: Study, Diagnosis and Treatment, 63–84.
Muamar, A. (2016). Ketentuan nasab anak sah, tidak sah, dan anak hasil teknologi reproduksi buatan manusia: antara UU Perkawinan dan Fikih Konvensional. Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 6(1), 45–56.
Mulia, S. M. (2014). Kemuliaan perempuan dalam Islam. Elex Media Komputindo.
Munir, L. Z. (1999). Memposisikan kodrat: Perempuan dan perubahan dalam perspektif Islam. Mizan.
Muslikhati, S. (2004). Feminisme dan pemberdayaan perempuan dalam timbangan Islam. Gema Insani.
Nafi, T. H., Nurtjahyo, L. I., Kasuma, I., Parikesit, T., & Putra, G. P. (2016). Peran hukum adat dalam penyelesaian kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan di Kupang, Atambua, dan Waingapu. Jurnal Hukum & Pembangunan, 46(2), 233–255.
Perempuan, K. (2017). Lembar fakta catatan tahunan (catahu) 2016: Kekerasan terhadap perempuan meluas: Mendesak negara hadir hentikan kekerasan terhadap perempuan di ranah domestik, komunitas dan negara. Jakarta.
Rofiah, N. (2017). Kekerasan dalam rumah tangga dalam perspektif Islam. Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial Budaya, 2(1), 31–44.
Sadli, S. (2010). Berbeda tetapi setara: pemikiran tentang kajian perempuan. Penerbit Buku Kompas.
Sakalasastra, P. P., & Herdiana, I. (2012). Dampak psikososial pada anak jalanan korban pelecehan seksual yang tinggal di Liponsos anak surabaya. Jurnal Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 1(02), 68–72.
Siregar, C. (2015). Menyoal jenis kelamin Allah dalam perspektif teologi feminis: Menuju teologi yang lebih berkeadilan terhadap perempuan. Humaniora, 6(4), 433–443.
Soemanto, R. B., & Haryono, B. (2018). Kenakalan pelajar dalam keluarga single parent: Studi kasus pada pelajar dalam keluarga single parent di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Girimarto, Wonogiri Tahun 2012/2013. Jurnal Analisa Sosiologi, 4(2).
Stanley, S. M., Amato, P. R., Johnson, C. A., & Markman, H. J. (2006). Premarital education, marital quality, and marital stability: Findings from a large, random household survey. Journal of Family Psychology, 20(1), 117.
Stevenson, B., & Wolfers, J. (2007). Marriage and divorce: Changes and their driving forces. Journal of Economic Perspectives, 21(2), 27–52.
Sufiarti, S. (2013). Persepsi perempuan berkarir di lingkungan UPI tentang konsep kesetaraan gender. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sukmawati, E. (2015). Dampak biopsikososial dan spiritual anak korban perceraian orang tua: Studi kasus pada perceraian yang diakibatkan oleh perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga.
Sukmi, S. N. (2016). Transformation of communication of women’s movement in the New Media: Seeking Gender Justice in Surakarta and Yogyakarta. Jurnal Perempuan, 21(4), 415–422.
Supeno, H. (2010). Kriminalisasi anak: Tawaran gagasan radikal peradilan anak tanpa pemidanaan. PT Gramedia Pustaka Utama.
Suprijono, A. (n.d.). Pemikiran Soekarno tentang perempuan dan kontroversi pernikahannya Mujiasri.
Surbakti, F. B. (2009). Kenalilah anak remaja anda. Elex Media Komputindo.
Utami, P. N. (2016). Optimalisasi pemenuhan hak korban kekerasan terhadap perempuan melalui pusat pelayanan terpadu. Jurnal HAM, 7(1), 55–67.
Wibowo, D. E. (2011). Peran ganda perempuan dan kesetaraan gender. Universitas Pekalongan.
DOI: http://dx.doi.org/10.15548/jk.v7i2.170
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Kafa'ah: Journal of Gender Studies is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.